“Krekk.” Suara sliding door hijau bergeser. Seorang perempuan bercadar masuk ke sebuah toko. Ia lalu mengambil kemoceng dan segera membersihkan debu-debu yang hinggap di barang-barang jualannya. Sejenak kemudian, ia meraih sapu dan membersihkan lantai berubin putih di tokonya.
Namanya Nurul Kholisoh, ia adalah seorang ibu dua anak yang kini berjualan barang-barang plastik. Situasi Nurul kini berbeda dengan beberapa tahun lalu, ketika ia dan suaminya, Hendro, memilih untuk berada di jalan yang mereka yakini, kelompok Jihadi.
Suaminya menjadi penggalang dana bom Sarinah 2016, aksi teror yang menggemparkan masyarakat Ibu Kota kala itu. Hendro ditangkap dan dijebloskan ke sel penjara high risk, penjara dengan pengamanan supermaksimal. Biasanya sel level ini hanya diperuntukkan bagi orang atau kelompok yang sangat berbahaya.
Nurul mengakui bahwa pada masa itu ia dan suaminya sepemikiran. Sama-sama menganut ideologi takfiri, menganggap bahwa semua orang yang berbeda dengan kelompoknya adalah kafir dan wajib diperangi.
Anaknya Mendapatkan Perundungan
Selama suaminya dipenjara, Nurul menganggap bahwa saat itu ia berada titik nadir dalam hidupnya. Selain ia harus menjadi single parent, kondisi orang tuanya juga sedang sakit. Selain itu, anaknya yang pertama kerap mendapatkan ejekan dari teman-teman sebayanya. Perundungan itu memunculkan pertanyaan sang anak kepadanya.
“Umi, emang bener, ya, abi dipenjara? Abi jahat? Kan, memang yang dipenjara itu orang jahat?” tutur Nurul menirukan pertanyaan anaknya yang pertama.
Anaknya merasa malu untuk berteman dengan anak-anak sebayanya karena sang ayah dipenjara.
Mengikuti Suami yang Memilih Setia Pada NKRI
Selama suaminya dipenjara, Nurul mendapatkan pencerahan dari beberapa ustadz hingga akhirnya ia dan suaminya memilih setia pada NKRI. Pilihannya ini sangat berpengaruh pada hidupnya.
Pasca ikrar kesetiaannya pada NKRI ekonominya agak lamban. Jualan “sirwal”-nya semakin menurun, karena beberapa reseller yang terafiliasi dengan jaringannya sebelumnya mengembalikan semua barangnya.
Meskipun demikian ia tetap bersyukur. Suaminya dibantu untuk mendirikan sebuah yayasan, D’Bintal namanya.
Nurul saat ini memilih untuk menguatkan para ummahat (istri-istri) ex-napiter yang lain. Menurutnya, mereka kerap mendapatkan ancaman dan diasingkan dari kelompok sebelumnya, termasuk dirinya. Mereka bahkan beberapa kali ragu dengan keputusan para suami yang memilih setia pada NKRI.
“Bener nggak, ya, suami ini melakukan hal yang benar?” ujar Nurul menirukan para ummahat yang curhat kepadanya.
Nurul membuat grup Whatsapp khusus para ummahat yang suaminya memilih kembali setia pada NKRI untuk saling menguatkan dan memberi dukungan.
Desain Rumah Kabin
Rumah Kabin Kontena
Harga Rumah Kabin
Kos Rumah Kontena
Rumah Kabin 2 Tingkat
Rumah Kabin Panas
Rumah Kabin Murah
Sewa Rumah Kabin
Heavy Duty Cabin
Light Duty Cabin
Source link