BincangSyariah.Com– Belakangan marak pejabat pamer harta. Seyogianya jabatan adalah amanah dalam Islam. Belum usai kasus yang melibatkan Mario Dandy Satriyo remaja 20 tahun, yang tega aniaya David usia 17 tahun. Mario sendiri merupakan putra dari salah seorang petinggi pajak ibu kota.
Namun dari kasus tersebut gaya hidup mewah Ayah Mario pun tak luput dari sorotan media. Masyarakat dibuat geram atas gaya hedonisme keluarga mantan Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo, terlebih saat dikonfirmasi sejumlah aset mahal tak dilaporkan dalam laman resmi kekayaan keluarga mereka.
Dari pihak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tentunya juga merasa kecewa, bagaimana bisa pegawai pajak malah justru melanggar hukum dan bahkan nunggak bayar pajak.
Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto Diperiksa
Namun tak cukup pegawai pajak saja yang jadi sorotan media. Akibat dari ulah Mario ini, sejumlah pejabat lain pun ikut kena imbasnya. Seperti yang baru saja dihebohkan Kemenkeu kembali memeriksa Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto, yang terciduk netizen kerap bermewah-mewahan di sosial media.
Aksi pamer kekayaan tersebut ditunjukkan Eko melalui akun instagram miliknya @eko_darmanto_bc, namun kini bagai hilang ditelan bumi, sekarang postingannya pun tiba-tiba saja sudah tak ada lagi. Dari tangkapan layar yang tersebar di media sosial twitter, Eko sering kali memamerkan hidup mewah dengan mengendarai motor gede (moge) hingga naik pesawat pribadi.
Suatu hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pejabat negara yang seharusnya menjadi teladan dan pelayan masyarakat. Melihat dari sejumlah fenomena tersebut, lantas bagaimanakah anjuran Islam pada setiap pejabat yang tengah mengemban amanah dari rakyatnya?
Pandangan Islam Terkait Amanah (Tanggung Jawab)
Melihat peristiwa di atas hendaknya kita dapat bermuhasabah bersama. Bagaimana fakta zaman sekarang, sering kali manusia abai dalam mengemban suatu amanah. Tak heran di Indonesia sendiri masih terdapat sejumlah oknum (terkhusus di ranah pejabat pemerintahan), menyelewengkan wewenang jabatan dalam pekerjaan mereka guna mencapai kepuasan duniawi.
Hal ini jelas sebagai bentuk pengkhianatan atas amanah yang telah diberikan rakyat. Dalam ajaran islam ketika kita bekerja, bahkan diibaratkan sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna memenuhi kebutuhan hidup.
Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayyiban termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun Islam. Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia. Bekerja yang baik dan menjaga amanah dalam pekerjaan tersebut adalah bersifat wajib dalam Islam.
Islam Serukan Umat Muslim untuk Amanah dalam Bekerja
Pekerjaan juga dapat dianggap sebagai sebuah amanah yakni sesuatu yang dititipkan atau dipercayakan kepada orang lain. Dalam konteks ini seorang muslim perlu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan sebuah amanah sampai tuntas. Ketika pekerjaan tidak diselesaikan dengan baik, sama halnya dengan tidak amanah dan memiliki sikap khianat.
Allah berfirman dalam QS Al Anfal : 27 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.”
Menunaikan amanah Allah bukanlah pekerjaan ringan. Bahkan langit, bumi dan gunung tidak mampu mengembannya. Sebagaimana pula yang dijelaskan dalam QS Al Ahzab: 72 :
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.” (QS Al Ahzab: 72)
Dari penjelasan kedua ayat di atas, manusia diberi beban amanah karena ia memiliki kemampuan berbeda dengan makhluk yang lain. Manusia memiliki hati dan akal pikiran, keimanan, perasaan kasih sayang, dan rasa empati kepada sesama manusia yang mendukungnya menunaikan amanah.
Amanah menentukan nasib sebuah bangsa. Jika setiap orang menjalankan tugasnya dengan penuh amanah dan tanggung jawab maka akan selamat semuanya. Sebaliknya jika diselewengkan maka hancurlah sebuah bangsa.
Rasulullah dahulu selalu mengingatkan umatnya, sebagaimana dalam sebuah hadits :“Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya. Dikatakan, bagaimana bentuk penyia-nyiaannya? Beliau bersabda: Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya” (HR Bukhari dan Muslim).
Namun demikian, amanah itu memiliki tingkatan dan kadar yang berbeda-beda. Beratnya amanah dipengaruhi oleh faktor kapabilitas, ruang lingkup dan cakupan penunaiannya. Semakin tinggi kapabilitas seseorang, maka amanahnya semakin berat. Semakin tinggi jabatan seseorang dan semakin luas ruang lingkup tugasnya maka semakin berat pula amanahnya.
Bisa dikatakan bahwa amanah kepemimpinan adalah paling berat. Tak heran bila ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan amanah seperti di atas lebih ditujukan kepada para pemimpin, pejabat publik, dan penegak hukum. Karenanya, Islam memiliki perhatian besar terhadap masalah yang satu ini.
Amanah dalam menjalankan pekerjaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita haruslah kita jaga dengan cara menyiraminya menggunakan keimanan yang teguh kepada Allah.
Demikian penjelasan terkait marak pejabat pamer harta, jabatan adalah amanah dalam Islam. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Empat Amanah Allah yang Kelak Dimintai Pertanggungjawaban]
Terkait
Desain Rumah Kabin
Rumah Kabin Kontena
Harga Rumah Kabin
Kos Rumah Kontena
Rumah Kabin 2 Tingkat
Rumah Kabin Panas
Rumah Kabin Murah
Sewa Rumah Kabin
Heavy Duty Cabin
Light Duty Cabin
Source link